Catatan dari Editor: Bagi kebanyakan atlet, cedera merupakan momok yang menakutkan. Bayangan akan berakhirnya karir di usia emas pun muncul. Meski begitu, cedera olahraga sebenarnya bisa disembuhkan jika ditangani dengan benar. Sebagai seorang sport physiotherapist senior dengan pengalaman selama hampir 30 tahun, Penulis meyakini bahwa melalui program penanganan dan pemulihan cedera yang tepat ditambah pengembalian rasa percaya diri, si atlet dapat kembali menjalankan aktivitas berolahraga dengan baik.
Bagi seorang atlet, olahraga tak hanya sekadar berfungsi untuk kesehatan jasmani dan kebugaran tubuh, tetapi juga untuk mencapai suatu prestasi. Karena itu, sang olahragawan seringkali berlatih dengan sangat keras bahkan melebihi kemampuan fisiknya. Ditambah lagi jika dalam pertandingan sesungguhnya, dia berbenturan dengan lawan yang pada gilirannya menimbulkan efek samping berupa cedera.
Sayangnya, cedera pada atlet seringkali ditangani seadanya. Bahkan tak jarang rasa nyeri yang muncul dibiarkan dengan memaksakan diri terus bertanding. Pernah terjadi, seorang murid sekolah sepakbola (SSB) terkemuka di Jakarta mengeluh nyeri pada lututnya. Namun, ayah dari bocah berusia 12 tahun itu tetap memaksa putranya untuk terus bermain. Sang anak merupakan andalan di SSB tersebut dan si ayah sangat berambisi menjadikan putranya sebagai pesepakbola hebat.
Apa yang terjadi kemudian? Memasuki usia 18 tahun, sang anak terpaksa berhenti bermain bola karena cedera lututnya semakin parah. Ini merupakan tanda bahwa cedera pada sepakbola atau olahraga apa pun tidak bisa dianggap enteng dan diterapi ala kadarnya.
Selain sebagai praktisi dan pengajar fisioterapi olahraga, penulis buku in juga pernah menuangkan buah pikirannya dalam sebuah kolom khusus di Harian BOLA (almarhum) yang disebut “Klinik BOLA” dalam kurun waktu antara tahun 2014 – 2015. Dari perbincangan dengan Papi Indra (demikian beliau biasa dipanggil oleh para kolega dan muridnya), muncul gagasan untuk mengumpulkan tulisan-tulisan tersebut menjadi sebuah buku. Tujuannya, agar bisa menjadi dokumentasi dan referensi berharga bagi praktisi, akademisi serta mahasiswa yang menggeluti bidang fisioterapi olahraga.
Karena itu, kami kemudian mencoba mengumpulkan tulisan-tulisan tersebut, melakukan penyuntingan seperlunya dan menyusun kembali berdasarkan topik tertentu. Hasilnya, buah tangan Papi Indra ini terurai dalam sembilan bagian yang merupakan satu kesatuan terkait peran fisioterapi dalam penanganan cedera olahraga.
Bagian pertama menjelaskan tentang munculnya cedera pada aktivitas olahraga serta penanganan awal oleh seorang fisioterapis. Misalnya bagaimana melakukan kompres dan pijat yang benar. Hal ini penting mengingat kedua model pertolongan pertama pada cedera tersebut seringkali dilakukan secara serampangan. Sehingga, cedera yang dialami si atlet bukannya sembuh tetapi justru bertambah parah.
Tiga bagian berikutnya membahas secara lebih detail penanganan cedera pada kaki. Maklum, bagian tubuh inilah yang memiliki risiko cedera paling besar saat berolahraga. Bagian kedua, misalnya, terfokus pada penanganan cedera kaki bagian bawah seperti ankle atau pergelangan dan telapak kaki. Sementara di bagian ketiga dan keempat khusus menguraikan tentang penanganan cedera pada lutut yang memiliki peran sentral dalam aktivitas olahraga.
Pada bagian ketiga, dibahas khusus mengenai sejenis cedera pada lutut yang terkenal dengan nama anterior cruciate ligament atau ACL. Ini merupakan cedera yang tergolong berat dan si atlet tidak boleh melakukan aktivitas olahraga jika mengalaminya. Kalau dipaksakan berolahraga, akibatnya bisa fatal. Cedera ACL ini memerlukan penanganan yang sangat serius dan memerlukan waktu lama. Ini yang membuat kadangkala si atlet yang mengalami cedera ACL merasa frustrasi. Sehingga, pemulihan kepercayaan diri juga menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk mendukung kesembuhan si atlet dari cedera ACL.
Bagian keempat membahas cedera lutut lain yang bersifat kronis seperti meniskus dan pengapuran. Kedua jenis cedera ini juga tak bisa diabaikan begitu saja. Jika tidak ditangani dengan benar, dia akan datang berulang-ulang dan bisa berujung di meja operasi jika keadaannya semakin parah.
Beranjak dari cedera seputar kaki, bagian kelima dan keenam membahas masing-masing penanganan cedera pada otot dan bahu. Selama manusia bisa bergerak, selama itu pula otot akan terus berkontraksi dan tak pernah istirahat total. Sehingga, jika terjadi cedera pada otot, maka penyembuhannya dilakukan tanpa bisa mengistirahatkan otot tersebut. Demikian pula dengan bahu yang rawan mengalami cedera jika terjadi benturan.
Selanjutnya pada bagian ketujuh membahas tentang fenomena cedera pada atlet berusia muda. Hal ini berdasarkan pengalaman Papi Indra yang sering menjumpai atlet-atlet belia potensial mengalami cedera parah karena kesalahan pola latihan. Bagi seorang fisioterapis, penanganan cedera pada atlet muda tak melulu soal menghilangkan nyeri dan penguatan otot, tetapi juga mencakup hal lain seperti keseimbangan, fleksibilitas dan stabilisasi pada bagian tubuh yang mengalami cedera.
Bagian kedelapan menguraikan tentang metode penggunaan alat bantu dalam penanganan cedera yang semakin populer pada saat ini yaitu kinesiotaping. Metode ini menggunakan plester warna-warni atau disebut kinesiotape yang jika dipasang secara tepat akan bermanfaat pada setiap kondisi cedera.
Sedangkan bagian kesembilan merupakan penutup dari seluruh pembahasan dalam buku ini. Fokusnya adalah pada terapi latihan untuk mengembalikan atlet menuju kondisi sempurna seperti sebelumnya. Sehingga, cedera yang pernah dialami diharapkan tidak akan berulang kembali.
***
Kata mereka
Buku ini merupakan sebuah karya yang memberikan sebuah pemahaman otentik-komprehensif bahwa olahraga memang harus berdamai dengan cedera. Cedera bukan sesuatu yang harus ditakuti, tetapi bisa ditekan bahkan dihilangkan risikonya, serta diberi terapi dan penanganan.
Prof. Agus Kristiyanto
Guru Besar Fakultas Keolahragaan – UNS - Surakarta
Seorang atlet harus tahu benar dan memahami dengan baik tubuh mereka, mengerti apa yang harus dilakukan dengan tubuh mereka, dan yang tidak kalah penting adalah tahu apa yang harus dilakukan ketika muncul rasa tidak nyaman atau sakit pada anggota tubuh mereka sekecil apapun. Pada buku inilah, semua bisa belajar banyak mengenai fisioterapi dan cedera olahraga
Danny Kosasih
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia
Buku ini merupakan kumpulan tulisan kolom Indra di media beberapa waktu lalu dan menurut saya masih sangat relevan jika dipublikasi ulang saat ini. Saya yakin jika Anda ingin mendapatkan informasi yang akurat tentang penanganan cedera olahraga maka merujuk pada buku ini adalah langkah yang tepat, karena buku ini ditulis oleh orang yang tepat dengan akurat
Moh. Ali Imron
Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia
Senin, 19 Oktober 2020
Beli di Market Place :
| Tokopedia (Diskon 15%)
| Shopee (Diskon 15%)
Tentang Penulis
Syahmirza Indra Lesmana
Syahmirza Indra Lesmana, SKM., SFT., M.OR. menyelesaikan pendidikan D3 Fisioterapi pada Akademi Fisioterapi Yayasan Institusi Rehabilitasi Medis (YIRM) tahun 1991, S1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul Jakarta tahun 2000, S1 Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Jakarta tahun 2001, S2 pada Universitas Negeri Sebelas Mar...
Buku Lainnya
DILEMA BUMN
| Store Rayyana Diskon 27%
| Diskon 25% | Diskon 25%
| Playstore | G Book